19 Maret 2014

2 Tahun 2 Sahabat

Ahh…rasanya sudah sangat lama tidak pernah menulis lagi di-blog ini. Saking lamanya sekali saya pribadi pun sudah agak sedikit lupa kalau saya punya blog sendiri :).

Bermula dari perasaan yang sepi karena harus tinggal di tempat yang baru. Memulai belajar menyesuaikan diri dan macem-macemnya. Saya pun berpikir untuk coba berbagi cerita di-blog supaya rasa sepi itu berangsur tidak terlalu dirasakan lagi.

Oiyaa, setiap tempat yang kita tinggali memang akan meninggalkan ceritanya masing-masing. Entah seperti apa , yang pasti akan beragam yang akan kita temui (iya apa iya).

Kali ini tentang Jawa. Berada disana 2 tahun yang lalu. Tepatnya di Jawa bagian Timur di sebuah kota kecamatan yakni orang-orang menyebutnya “Pare”, yaa mirip nama buah yang rasanya pait itu. Kota kecil ini terkenal dengan julukan “kampoeng inggris” nya, walau nyatanya tidak semua bisa berbahasa inggris di situ. Hijrah ke kota ini dulu dengan alasan ingin belajar Bahasa Inggris untuk beberapa bulan saja tapi entah kenapa saya bertahan disana sampai 2 tahun.

Banyak yang bertanya kenapa harus kursus jauh-jauh sih dari Lombok ke Jawa? saya beri alasan mereka karena di sana kursusnya murah dan saya pengen hidup mandiri di luar . Itu saja, hihiii…

Oiya, selama keberadaan di tempat ini dan sosialisasinya. Akhirnya saya menemukan kawan yang pantas saya sebut sebagai sahabat. Karena memang saya punyai banyak teman tapi tidak semua benar-benar bias jadi sahabat. Jadi beruntunglah saya dipertemukan dengan ke-2 sahabat ini.



Saya dan Wildan bertemu di sebuah warung kopi. Nah kebetulan di tempat itu ada acara “nobar”nya. Saya pergi ke tempat itu karena memang niat ingin liat tim jagoan saya maen *tim jagoan saya Emyu lohh… dan karena waktu itu TV di kos juga tidak ada jadi grasak-grusuklah cari tempat tontonan. Dan, sampai akhir acara waktu itu selesai dan orang-orang sudah pada pulang, tinggal kita berdua lah yang masih tersisa. Nahh. Dari situ lah awal berkenalan. Dan ternyata kita sama-sama suka sama Emyu ini juga, akhirnya pun sampai berlanjut ke nobar –nobar berikutnya. Sering ketika ingin pergi nonton, sementara dana sangat menipis kami pun tak segan buat patungan sewa motor atau pinjem motor siapa lantas patungan beli bensinnya :). Banyak cerita saling membaikkan satu sama lain sampai kami menjadi sahabat sampai sekarang yang kalau diceritakan sangat panjang sekali, hehehee.. Oiya, si Wildan ini jago maen futsal loh, tapi harus nyeker, karena kalo pake sepatu buat ngga nyaman kaki dan susah maen bolanya, begitu kata dia.





Satu lagi sahabat saya namanya Alimudin..kampungan sekali ini nama. Tapi orangnya dijamin tidak kampungan :). Berkenalan di sebuat lembaga kursusan, karena memang kami kursus di tempat yang sama namun kelas yang berbeda. Waktu itu cuma bincang-bincang biasa dengannya namun dari bincangan dengan berbahasa Indonesia itu tenyata logat “sasak”nya sangat kental hingga saya bisa tebak kalo orang ini memang dari Lombok. Sangat berbeda dengan saya yang aksen Lomboknya sudah tidak terdengar, sampai  ketika dia saya suruh buat nebak saya berasal dari mana? Dia pun lantas menyebut kota-kota yang ada di Jawa tanpa terpikirkan kalo saya juga dari Lombok. Saya pun dibuatnya ngakak sampai saya menggunakan bahasa “sasak” baru dia benar-benar ngeh kalo saya orang Lombok juga. Dari perkenalan itu lalu sering ngobrol bareng, belajar bareng sampai sesi curhat-curhatan bareng pun kita jabanin satu sama lain. Di samping itu banyak cerita yang kami lewati bareng hingga mendekatkan dan menjadi sahabat ampai sekarang. Oiya, Si Alim orangnya penakut loh kalo dia suka sama cewek takut buat ngungkapin perasaannya sama orang itu. Saking terus takutnya ya dia jomblo tuh sampai sekarang, makanya ungkapin aja Lim walaupun resiko ditolak jauh lebih besar :p.

Kini si Wildan tetap tinggal di Kediri, Alimudin mencari hidup di Ibu kota dan saya hijrah ke Kalimantan. Somoga sukses di tempat masing-masing…Aamiin.

#Sasak adalah nama suku dan bahasa penduduk asli Pulau Lombok.