27 Juli 2014

Lebaran kali ini tanpa rumah lagi :(

Ketika lebaran beranjak sebentar lagi. Ada rasa dalam diri ingin diwujuti. Anggap diri layaknya sang burung pasti rindui sang sarang untuk kembali pulang. Ya begitu mungkin tentang rasa. Rasa yang dipunyai seorang anak manusia merindui orang-orang terkasihnya. Dan keluarga adalah bagian yang tak mungkin dipisahkan.

Merunduk ke belakang lalu menghitung ternyata sudah 3 tahun dan 3 lebaran saya lewati tanpa pulang. Melakukan sesuat yang bisa saya sekerjakan untuk mendewasakan diri di luar. Lantas memilih dengan cara jauh dari keluarga.  Saya rasa ini ini bukan jalan terbaik yang telah saya ambil. Hanya saja saat itu hanya satu pilihan ini saja yang mengemuka tanpa ada alternative pilihan lainnya. Yapz! *yayaya mari menetawakan diri :D

2 kali lebaran di tanah Jawa dan 1 kali di tanah Borneo jadi saksi. Yahhh memang … harus mengelus dada jauh lebih sering sekarang. Meski dengan begitu tak lantas bisa terselesaikan apa yang diidamkan akan pulang. *mari menutup mata sejenak lalu tari nafas dalam-dalam!

Pada moment-moment tertentu saya merasa sedih lalu menjadi cengeng kembali. Lalu sifat kekanak-kanakan itu timbul kembali. Kadang pun tak jarang menertawakan diri. Yah, saya memang kadang seperti itu. Tak butuh permakluman dari siapa-siapa hanya berusaha berdamai dengan diri sendiri.

Saya menulis ini, lantaran teman-teman lama menanyakan satu persatu tentang apakah saya mudik atau tidak di lebaran kali ini. Sampai mereka menjuluki “bang Toyib” ke saya lantaran lamanya 3 tahun tak menginjakkan kaki pulang, begitu ketus mereka. Hahahhaaaa…

Saya pun kadang heran kenapa tidak pulang-pulang selama itu??? jangan tanya kenapa? Hanya harus sadar seperti itulah yang terjadi.

Saya hanya begitu kangen akan kampong dan teman-teman lama dulu, yang tampang mereka entah seperti apa sekarang?.

Tentu dan sudah pasti “orangtua” jadi kekasih yang selalu membuat sedih. Dikala saat ketika lebaran rasa membuncak melambung tinggi. Lantas ingin mencari obat pengganti niscaya tak akan bisa ditemui. Hanya, berdamai dengan diri lagi bisa dilakui oleh sang anak yang ”tidak tau diri”.

"No One Gets Left Behind or Forgotten!"